Selasa, 16 April 2013

TQM

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Laporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Manajemen Operasional Jurusan Akuntansi 2011 Universitas Negeri Jakarta.
Laporan ini ditujukan kepada Ibu Destria sebagai Dosen Mata Kuliah Manajemen Operasional. Makalah ini membahas tentang Kualitas Manajemen (Quality Management) yang terdiri dari Kualitas dan strategi, Standar Kualitas Internasional, Total Quality Management beserta perangkatnya, dan Perana Inspeksi
Pada kesempatan ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Destria selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Operasional yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 15 September 2012
Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Bab II. Pembahasan
2.1 Kualitas dan Strategi
2.2 Standar kualitas Internasional
2.3 Total Quality Management
2.4 Perangkat TQM
2.5 Peranan Inspeksi
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka


 
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pembuatan makalah ini didasari untuk memenuhi tugas kuliah Manajemen Operasinal sebagai Mata Kuliah wajib yang memiliki bobot 2 SKS. Tujuan dari tugas ini adalah mengerti dan memahami tentang Quality Management
1.2 Tujuan
  1. Mengetahui pengertian dari kualitas, pengaruh kualitas dan etika manajemen kualitas
  2. Mengetahui apa saja standar kualitas internasional
  3. Mengetahui pengertian TQM dan perangkatnya
1.3 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rici dan detail mengenai manajemen kualitas dan berbagai perangkat TQM. Konsep TQM merupakan konsep yang dapat memperbaiki kualitas suatu produk dalam perusahaan dengan berbagai cara antara lain Perbaikan berkesinambungan, six sigma, pemberdayaan pekerja, benchmarking dan banyak lagi.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Kualitas dan Strategi
Definisi Kualitas
Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Terdapat tiga pendekatan dalam hal ini, yang pertama kualitas berbasis pengguna dimana kualitas tergantung kepada audiensnya. Pendekatan ini biasanya digunakan oleh orang pemasaran dan pelanggan. Yang kedua, kualitas berbasis manufaktur yang biasanya diterapkan oleh manajer produksi. Dalam pendekatan ini kualitas suatu barang berarti pemenuhan standar dan membuat produk dengan benar sejak awal. Yang ketiga adalah kualitas itu berbasis produk yang memandang bahwa kualitas sebagai variabel yang pesisi dan dapat dihitung.
Kualitas dan Strategi
Arnold Palmer Hospital menemukan bahwa kualitas merupakan obat kuat untuk memperbaiki operasi. Mengelola kualitas membantu mambangun strategi diferensiasi, biaya rendah, dan respon cepat sukses. Kualitas adalah faktor penentu keberhasilan bagi perusahaan-perusahaan. Peningkatan kualitas membantu perusahaan meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya yang kemudian akan meningkatkan keuntungan. Peningkatan penjualan sering terjadi saat perusahaan mempercepat respon mereka, merendahkan harga jual, dan meningkatkan reputasi mereka dengan produk-produk yang berkualitas. Meningkatkan kualitas menurunkan biaya turun karena perusahaan meningkatkan produktivitas dan menurunkan rework, bahan yang terbuang, dan biaya garansi.
Perusahaan dengan kualitas terbaik lima kali lebih produktif di bandingkan dengan kualitas yang paling rendah. Kualitas yang rendah berpengaruh terhadap organisasi secara keseluruhan. Namun dalam hal ini yang terpenting adalah membangun sebuah organisasi yang dapat mencapai kualitas dan mempengaruhi organisasi secara keseluruhan. Suatu strategi kualitas yang berhasil dimulai dengan lingkungan organisasi yang membantu perkembangan kualitas yang berhasil dan diikuti oleh pemahaman prinsip kualitas; upaya untuk melibatkan para pekerja dalam aktivitas yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kualitas.
Pengaruh Kualitas
Kualitas merupakan elemen yang penting dalam operasi, ada tiga alasan kualitas itu penting, yaitu:
-          Reputasi Perusahaan.
Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjanya, dan hubungan pemasoknya.
-          Kehandalan Produk.
Pengadilan terus berusaha menghukum organisasi-organisasi yang merancang, memproduksi, atau mengedarkan produk atau jasa yang penggunaannya mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan. Contohnya: Consumer Product Safety Act.
-          Keterlibatan global.
Kualitas adalah suatu perhatian internasional. Produk-produk perusahaan yang akan bersaing di pasar internasional harus memenuhi ekspetasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global.
Biaya Kualitas
Adalah biaya akibat melakukan hal yang salah, yaitu harga yang harus dibayar karena tidak sesuai dengan standar. Ada empat kategori utama yang dikaitkan dengan biaya kualitas, yaitu:
-          Biaya Pencegahan
Biaya yang terkait dengan mengurangi kemungkinan komponen atau jasa mengalami kerusakan. Contoh: pelatihan, program peningkatan kualitas.
-          Biaya Penaksiran
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses, komponen, dan jasa. Contoh: biaya pengujian, laboraturium, dan pemriksa.
-          Kegagalan internal
Biaya yang diakibatkan oleh produksi komponen atau jasa yang rusak sebelum diantarkan ke pelanggan. Contoh: rework, scrap, dan waktu tunggu akibat mesin rusak
-          Biaya eksternal
Biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat. Contoh: rework, barang yang dikembalikan, kewajiban, kehilangan kepercayaan, dan biaya pada masyarakat.
Tiga biaya pertama yang disebutkan diatas dapat diperkirakan, namun untuk biaya eksternal sangat sulit untuk dihitung. Pada kondisi keseimbangan, biaya produk yang berkualitas hanyalah sebagian dari keuntungan. Philip Crosby dan Genichi berpendapat bahwa organisasi yang kalah adalah organisasi yang gagal berupaya agresif di bidang kualitas.
Etika dan Manajeman Kualitas
Bagi seorang manajer operasi, memberikan produk dan jasa yang sehat, aman, dan berkualitas kepada pelanggan adalah salah satu pekerjaan yang terpenting. Kurangnya proses desain dan produksi, pengembangan produk-produk berkualitas rendah tidak hanya mengakibatkan biaya produksi yeng lebih tinggi tetapi juga dapat menimbulkan kecelakaan, tuntutan hukum, dan bertambahnya peraturan pemerintah.
Jika sebuah perusahaan yakin telah memperkenalkan sebuah produk yang layak dipertanyakan, maka tindakan tanggung jawab harus didasari oleh perbuatan etis. Sebuah perusahaan manufaktur harus menerima tangggung jawab untuk setiap produk berkualitas rendah atau produk-produk yang terkontaminasi yang mereka pasarkan kepada masyarakat.
  • Ada banyak pihak berkepentingan yang terlibat dalam produksi dan pemasaran produk-produk berkualitas rendah, termasuk pemegang saham, para pekerja, pelangan, pemasok, distributor dan kreditor. Dalam hal etika, setiap perusahaan harus mengembangkan nilai inti yang menjadi panduan sehari-hari untuk semua orang.
2.2 Standar Kualitas Internasional

ISO 9000
Kualitas secara global sangat penting sehingga dunia bersatu menciptakan kualitas, ISO 9000. ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International Organization for Standardization Technical Committee (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176 menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi.
Sertifikasi ISO 9000
Untuk memiliki sertifikat ISO 9000, suatu organisasi harus melalui proses selama 9 hingga 18 bulan yang mencakup dokumentasi prosedur kualitas, penilaian lapangan, dan serangkaian audit yang terus berjalan terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya.
Manfaat ISO 9000:
  1.  Aspek Konsistensi Pelaksanaan dan Pengawasan
    1. Memberikan pendekatan praktik yang sistematis untuk manajemen mutu.
    2.  Memastikan konsistensi untuk memelihara mutu produk/jasa.
    3.  Menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu lebih lanjut dengan membakukan proses guna memastikan konsistensi dan mampu menelusuri serta meningkatkan hubungan antar fungsi yang mempengaruhi mutu
    4. Aspek Pengendalian Pencegahan
      1. Menentukan secara jelas tanggung jawab dan wewenang dari personel kunci yang mempengaruhi mutu
      2. Mendokumentasikan prosedur secara baik dalam menjalankan operasi dan proses bisnis penyedia jasa atau pabrik/industri
      3. Menerapkan sistem dokumentasi yang efektif melalui mekanisme audit mutu internal dan tinjauan manajemen yang berkelanjutan
      4. Aspek Pertumbuhan dan Pengembangan
        1. Sebagai sarana pemasaran
        2. Dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen/pelanggan
        3. Dapat meningkatkan citra dan daya saing perusahaan
        4. Dapat meningkatkan produktifitas mutu jasa/produk
        5. Dapat memberikan pelatihan yang sistematik kepada staf melalui prosedur dan instruksi yang baik
        6. Mengantisipasi tuntutan konsumen atas mutu produk dan tingkat persaingan bersama
        7. Sebagai dasar/pondasi yang mantap untuk pengembangan mutu selanjutnya menuju manajemen mutu terpadu
Prinsip Manajemen Mutu ISO 9000
Prinsip 1: Fokus Pada Pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan.
Prinsip 2: Kepemimpinan
Pimpinan puncak organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Prinsip 3: Pelibatan Orang
Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
Prinsip 4: Pendekatan Proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien, apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu proses mengubah masukan (input) terukur kedalam keluaran (output) terukur melalui sejumlah langkah berurutan yang terorganisasi.
Prinsip 5: Pendekatan Sistem Pada Manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses yang saling berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Prinsip 6: Perbaikan Berkesinambung
Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Perbaikan berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis dari sistem manajemen mutu.
Prinsip 7: Pendekatan Fakta Pada Pengambilan Keputusan
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.
Prinsip 8: Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
ISO memperbaharui standarnya pada tahun 2000 menjadi lebih seperti sistem manajemen kualitas yang lebih terperinci dan disebut ISO 9001:2000.
ISO 14000
Proses internasionalisasi kualitas yang terus terbukti dengan dikembangkannya ISO 14000. ISO 14000 merupakan standar manajemen lingkungan yang mengandung lima elemen pokok: manajemen lingkungan, audit, evaluasi kinerja, pelabelan, dan penilaian siklus hidup.
Standar baru ini memiliki beberapa kelebihan:
  • Citra publik yang positif dan ekspos yang berkurang terhadap kewajibannya
  • Pendekatan sistematis yang baik untuk pencegahan polusi melalui minimalisasi dampak ekologis dari produk dan aktivitas perusahaan
  • Ketaatan dengan persyaratan peraturan dan peluang untuk mendapatkan keunggulan bersaing
  • Berkurangnya kebutuhan untuk melakukan audit majemuk
Sertifikasi ISO 14000
Agar suatu organisasi dianugerahi ISO 14000 mereka harus diaudit secara eksternal oleh badan audit yang telah terakreditasi. Badan sertifikasi harus diakreditasi oleh ANSI-ASQ, Badan Akreditasi Nasional di Amerika Serikat, atau Badan Akreditasi Nasional di Irlandia.
Manfaat ISO 14000:
  1. Pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam organisasi
  2. Untuk menyediakan peralatan yang berguna dan bermanfaat dan fleksibel sehingga mencerminkan organisasi yang baik.
  3. Dapat mengidanfikasi, memperkirakan dan mengatasi resiko lingkungan yang mungkin timbul.
  4. Dapat menekan biaya produksi, dapat mengurangi kecelakan kerja, dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah dan pihak – pihak yang peduli terhadap lingkungan.
  5. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak terhadap lingkungan.
  6. Dapat meningkat citra perusahaan,meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperbesar pangsa pasar.
  7. Menunjukan ketaatan perusahaan terhadap perundang – undangan yang berkaitan dengan lingkungan.
  8. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
  9. Dapat meningkatakan otivasi para pekerja.
Prinsip Pokok Elemen ISO 14000
a.  Prinsip Pertama
Organisasi harus menetapkan kebijakan lingkungan dan memastikan memiliki  komitmen terhadap SML
b. Prinsip Kedua
Organisasi harus menyusun rencana untuk menaati kebijakan lingkungan yang ditetapkan sendiri.
c.  Prinsip Ketiga: Implementasi dan Operasi
Agar terlaksana dengan efektif, organisasi harus mengembangakan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk menaati kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran manajemen.
d.  Prinsip keempat: pemeriksaan dan koralasi
Organisasi harus memeriksa, memantau dan mengorelasi kinerja lingkungan.
e.  Prinsip kelima: kaji ulang manajemen
Organisasi harus mengkaji ulang dan terus menerus memperbaiki standart manajemen lingkungan dengan maksud untuk menyempurnakan kinerja lingkunga yang telah dicapai.
2.3 TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Total Quality Management (TQM) mengacu pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan yang ingin terus meraih keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa penting bagi pelanggan. Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas,  yaitu
1)  Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
2)  Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
3)  Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4)  Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Manfaat Program TQM
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
1)        Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2)        Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3)        Kepuasan pelanggan terjamin.
Manfaat TQM bagi institusi adalah:
1)            Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2)            Staf lebih termotivasi
3)            Produktifitas meningkat
4)            Biaya turun
5)            Produk cacat berkurang
6)            Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1)            Pemberdayaan
2)            Lebih terlatih dan berkemampuan
3)            Lebih dihargai dan diakui
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di masa yang akan datang adalah:
1)               Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut (follower)
2)               Membantu terciptanya tim work
3)               Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4)               Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5)               Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
Tujuh konsep program TQM yang efektif yaitu perbaikan berkesinambungan, Six Sigma, pemberdayaan pekerja, benchmarking, just-in-time (JIT), konsep Taguchi, dan pengetahuan perangkat TQM
  1. a.      Perbaikan Berkesinambungan
TQM membutuhkan perbaikan berkesinambungan yang tidak pernah berhenti yang mencakup orang, peralatan, pemasok, bahan, dan prosedur. Dasar filosofi ini adalah setiap aspek dari operasi perusahaan dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah kesempurnaan yang tidak akan pernah dapat diraih, tetapi selalu diupayakan.
Plan-Do-Check-Act
Walter Shewhart, pelopor manajemen kualitas, mengembangkan sebuah model lingkaran yang dikenal sebagai PDCA (plan, do, check, act) yang menurutnya adalah suatu perbaikan berkesinambungan versinya sendiri.


  1. Six Sigma
Six sigma adalah program untuk menghemat waktu, meningkatkan kualitas, dan menurunkan biaya. Six sigma juga merupakan sebuah sistem yang menyeluruh yaitu suatu strategi karena berfokus pada kepuasan pelanggan total, disiplin karena mengikuti six sigma improvement model formal, dan sekumpulan perangkat (lembar perangkat, diagram sebab-akibat, diagram pareto, diagram alir, histogram, dan statistical process control/SPC) untuk memperoleh dan mempertahankan kesuksesan dalam bisnis.
Metodologi Six Sigma
Untuk melakukan peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma dibutuhkan suatu pendekatan yang sistematis, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientific and fact based)dengan menggunakan peralatan, pelatihan dan pengukuran sehingga ekspektasi dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi (Simon, 2005). Saat ini terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan dalam Six Sigma, yaitu :
1. DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control)
Metodologi DMAIC digunakan saat sudah terdapat produk atau proses di perusahaan, namun belum dapat mencapai spesifikasi yang ditentukan oleh pelanggan.
  1. Define, menentukan tujuan proyek dan ekspektasi pelanggan.
  2. Measure, mengukur proses untuk dapat menentukan kinerja sekarang atau sebelum mengalami perbaikan.
  3. Analyze, menganalisa dan menentukan akar permasalahan dari suatu cacat atau kegagalan.
  4. Improve, memperbaiki proses menghilangkan atau mengurangi jumlah cacat atauu kegagalan.
  5. Control, mengawasi kinerja proses yang akan datang setelah mengalamai perbaikan.
2. DMADV (Define, Measure, Analyze, Design and Verify)
Metodologi DMADV dapat digunakan pada tempat / perusahaan yang belum terdapat produk maupun proses atau pada perusahaan yang sudah memiliki produk maupun proses dan sudah dilakukan optimisasi (menggunakan DMAIC ataupun metode yang lain) namun tetap saja tidak bisa mencapai level spesifikasi yang ditetapkan berdasarkan pelanggan atau sigma level.
  1. Define, menentukan tujuan proyek
  2. Measure, mengukur dan memutuskan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan.
  3. Analyze, menganalisa beberapa proses pilihan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
  4. Design, merancang proses secara terperinci yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
  5. Verify, menguji kemampuan dan kekuatan hasil rancangan agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
c. Pemberdayaan Pekerja
Pemberdayaan pekerja berarti melibatkan pekerja pada setiap langkah proses produksi. Secara konsisten, literatur bisnis menyatakan 85% permasalahan kualitas terletak pada bahan dan proses, bukan pada kinerja pekerja. Oleh karena itu, tugas yamg diperlukan adalah merancang peralatan dan proses yang dapat memproduksi kualitas yang diinginkan.
Saat terjadi ketidakcocokan kualitas, kesalahannya jarang terletak pada para pekerja. Entah produknya dirancang dengan salah atau pekerjanya tidak dilatih dengan benar. Walaupun pekerja dapat membantu menyelesaikan masalah, jarang terjadi kasus dimana pekerja yang menyebabkan masalah tersebut.
Teknik untuk memberdayakan pekerja yaitu :
  1. Membina jaringan komunikasi yang melibatkan pekerja
  2. Membentuk para penyelia yang bersikap terbuka dan mendukung
  3. Memindahkan tanggung jawab dari manajer dan tsaf kepada para pekerja di bagian produksi
  4. Membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi
  5. Menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim-tim dan lingkaran-lingkaran kualitas
d. Benchmarking
Benchmarking merupakan pemilihan standar kinerja yang mempresentasikan kinerja terbaik dari suatu proses atau aktivitas. Benchmarking meliputi pemilihan standar produk, jasa, biaya atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses atau aktivitas serupa dengan proses atau aktivitas Anda. Langkah menetapkan benchmark antara lain:
  1. Menetapkan apa yang akan dijadikan benchmark
  2. Membentuk tim benchmark
  3. Mengidentifikasi mitra-mitra benchmark
  4. Mengumpulkan dan menganalisis informasi benchmark
  5. Mengambil tindakan untuk menyamai atau melebihi benchmark
Ukuran-ukuran kinerja khusus yang digunakan dalam benchmark meliputi persentase cacat, biaya per unit atau per pesanan, waktu proses per unit, waktu respon layanan, imbal hasil investasi, tingkat kepuasan pelanggan, dantingkat ingatan pelanggan.
Benchmarking internal dilakukan saat sebuah organisasi cukup dan memiliki bayak divisi atau unit bisnis. datanya biasanya jauh lebih mudah diakses daripada data dari luar perusahaan luar dan terdapat suatu unit internal yang memiliki kinerja lebih tinggi dan dapat diteladani.
e. Just in Time (JIT)
Konsep JIT diadakan untuk perbaikan berkesinambungan dan penyelesaikan masalah. Dalam konsep JIT, barang diproduksi dan diantarkan saat mereka dibutuhkan (saat ada permintaan). JIT berkaitan dengan kualitas dalam tiga hal:
  1. JIT memangkas biaya kualitas. Hal ini terjadi karena rework, scrap, investasi persediaan dan biaya akibat barang yang rusak berkaitan langsung dengan persediaan yang ada. Dengan penerapan JIT berarti hanya terdapat sedikit persediaan, biayanya juga lebih rendah. Selain itu, persediaan menyembunyikan kualitas yang buruk.
  2. JIT meningkatkan kualitas. Karena  mempersingakat lead time, JIT juga menjaga bukti kesalahan tetap baru dan membatasi jumlah sumber kesalahan yang potensial. Oleh karena itu, JIT menciptakan sebuah sistem peringatan akan adanya permasalahan kualitas, baik dalam perusahaan maupun dengan para penjual.
  3. Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit, serta sistem JIT yang lebih baik dan mudah digunakan. Tujuan memiliki persediaan adalah melindungi kinerja produksi yang buruk yang disebabkan oleh kualitas yang tidak dapat diandalkan. Jika kualitasnya konsisten, maka JIT membuat perusahaan dapat mengurangi semua biaya yang terkait pada persediaaan.
f. Konsep Taguchi
Genichi Taguchi memberikan tiga konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas produk dan proses, yaitu ketangguhan kualitas (quality robustness), fungsi kerugian kualitas (quality loss function-QLF) dan kualitas berorientasi sasaran (target-oriented quality)
Produk berkualitas tangguh (quality robust) adalah produk yang dapat diproduksi secara beragam dan konsisten dalan segala kondisi manufaktur dan lingkungan yang kurang baik dan bukan menghilangkan penyebabnya. Taguchi menyarankan bahwa menghilangkan pengaruh biasanya lebih murah daripada menghilangkan penyebab, dan lebih efektif dalam memproduksi produk yang tangguh. Dengan cara ini, variasi kecil dalam bahan dan proses tidak akan mengganggu kualitas produk.
Quality loss function (QLF) mengidentifikasikan semua biaya yang berkaitan dengan kualitas rendah dan menunjukan bagaimana biaya ini meningkat jika kualitas produk semakin jauh dengan  keinginan pelanggan. Biaya ini tidak hanya meliputi ketidakpuasan pelanggan, tetapi juga biaya garansi dan jasa, biaya pemeriksaan internal, perbaikan, scrap, dan biaya-biaya yang dianggap sebagai biaya bagi masyarakat. Kualitas berorientasi sasaran (target-oriented quality) merupakan sebuah filosofi perbaikan terus menerus untuk membuat kualitas produk tepat sesuai dengan sasaran.
2.4  Perangkat TQM
  1. Lembar periksa, adalah suatu formulir yang dirancang untuk mencatat data. Karakteristik
  • Data dapat dicatat dengan mudah
  • Data dapat dipahami dengan mudah
  • Mencegah terjadinya data hilang (missing data)
  • Dapat menentukan sumber persoalan
  • Memungkinkan pemecahan persoalan dengan cepat
  • Dipakai untuk memeriksa beberapa item secara bersamaan
  • Memungkinkan pengklasifikasian/penstrataan data
  1. Diagram sebar, menunjukkan hubungan antara dua pengukuran.
Langkah-langkah pembuatan Diagram Tebar
  1. Langkah 1: Kumpulkan data dan masukkan dalam table
  2. Langkah 2: Gambarkan sumbu tegak dan sumbu datar beserta skala dan keterangannya
  3. Langkah 3: Gambarkan titik-titik koordinat data tersebut
  1. Diagram sebab-akibat (diagram Ishikawa/diagram tulang ikan), adalah sebuah teknik skematik yang digunakan untuk mengetahu letak-letak masalah kualitas yang mungkin.
Manfaat:
  1. Mengorganisasikan dan menghubungkan faktor-faktor
  2. Sebagai sarana untuk urun pendapat (brainstorming)
  3. Melibatkan setiap orang yang terkait
Kekurangan:
  1. sangat kompleks
  2. Memerlukan dedikasi dan kesabaran
  3. Bisa jadi sulit dalam memfasilitasinya
  4. Diagram pareto, adalah sebuah metode untuk metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya. Prosedur:
  • Tetapkan klasifikasi data
  • Tentukan kerangka  waktu
  • Kumpulkan data
  • Rangking penyebab-penyebab (causes)
  • Bangun Tabel
  • Gambarkan Histogram
  1. Diagram alir (flow chart), diagram kotak yang secara grafis menggambarkan sebuah proses atau sistem. Manfaat:
  • Untuk memahami proses
  • Mengidentifikasi perbaikan yang mungkin dapat dilakukan
  • Membantu pekerja untuk mengetahui, dimana posisi mereka di dalam proses
  • Membangkitkan dukungan melalui partisipasi
  1. Histogram
Histogram merupakan alat yang menggambarkan penyebaran distribusi frekuensi, yaitu pengaturan data berdasarkan magnitude, berupa grafik balok. Balok-balok yang terdapat dalam histogram dihasilkan dari persamaan sturge yang memberikan jumlah kelas-kelas data yang terdapat dalam grafik histogram setelah kita mendapatkan perkiraan jumlah kelas, dapat diperoleh interval kelas dengan membagi range data dengan jumlah kelas yang diperoleh.
Statistical Process Control (SPC) atau Pengendalian Proses Statistikal adalah seperangkat alat pemecahan masalah yang baik, berguna dalam mencapai stabilitas proses dan memperbaiki kapabilitas melalui pengurangan variabilitas.
2.5 Peranan Inspeksi

Peranan Inspeksi
Sebuah sistem operasi yang baik mempunyai suatu pengendalian atas proses yang dilakukan. Tugas manajemen operasi bukan hanya membuat sistem-sistem, namun juga memastikan sistem tersebut memenuhi standar dengan inspeksi. Inspeksi ialah suatu cara memastikan operasi telah mencapai kualitas yang diharapkan.
Inspeksi meliputi pengukuran, perasaan, perabaan, penimbangan, atau pemeriksaan produk dengan tujuan menemukan proses yang buruk sesegera mungkn. Perlu diingat, inspeksi tidak memperbaiki kekurangan dalam sistem atau atau cacat pada produk atau mengubah suatu produk dan meningkatkan nlainya. Inspeksi hanya berfungsi menemukan kekurangan atau cacat.
Inspeksi utamanya berfokus pada dua masalah besar, yaitu (1) Kapan inspeksi dilakukan dan (2) Dimana inspeksi dilakukan. Memutuskan kapan dan dimana inspeksi dilakukan bergantung pada jenis proses dan nilai tambah pada setiap tahap. Inspeksi dapat dilakukan pada salah satu tuitik berikut:
  1. Di pabrik pemasok saat pemasok melakukan proses produksi
  2. Saat menerima produk dari pemasok (supplier)
  3. Sebelum melakukan proses yang mahal dan tidak dapat dikembalikan
  4. Selama tahap-tahap proses produksi
  5. Saat produk selesai dibuat
  6. Sebelum pengantaran ke konsumen
  7. Pada titik kontak dengan pelanggan
Meski begitu, inspeksi bukanlah solusi sempurna yang tidak memiliki kekurangan. Pada suatu percobaan, 110 produk cacat digabungkan dengan lot produk yang sempurna kemudian dilakukan inspeksi. Hasilnya, pada inspeksi pertama, pengawas hanya menemukan 68 barang cacat, tiga kali tahap inspeksi untuk menemukan 30 barang cacat berikutnya, dan 2 barang cacat tidak pernah ditemukan. Karena itu, proses yang baik dan pemberdayaan pekerja merupakan solusi yang lebih baik daripada melakukan inspeksi.
Inspeksi terbaik adalah inspeksi yang dilakukan pada sumber produksi. Hal ini disebut inspeksi sumber. Idenya adalah setiap pemasok, proses, dan pekerja memperlakukan langkah berikutnya dalam proses sebagai pelanggan sehingga memastikan produknya tiba dengan sempurna di pelanggan sebenarnya.
Inspeksi dapat dibantu dengan dengan penggunaan daftar periksa dan pengendalian seperti perangkat yang aman dari kesalahan yanag disebut poka-yoke. Poka-yoke adalah alat atau teknik bebas kesalahan yang memastikan produksi produk yang baik setiap saat. Contohnya mulut selang pompa bensin, ukuran standar kartos kentang gorang di McDonald’s, dan perlatan paket operasi di rumah sakit.
Pada organisasi berorientasi jasa, titik inspeksi ditetapkan pada lokasi yang luas. Inspeksi terbagi dua berdasarkan karakteristik kualitas. Inspeksi atribut adalah inspeksi yang menggolongkan barang cacat atau baik tanpa mencantumkan keterangan derajat kecatatan. Inspeksi variabel adalah inspeksi yang menggolongkan barang ke dalam suatu kontinum seperti dimensi, ukuran, berat, kecepatan, dan kekuatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
          Dari pembuatan makalah ini kami dapat mengambil kesimpulan antara lain: Kualitas merupakan kemampuan suatu produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Total Quality Management (TQM) mengacu pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. Tujuh konsep program TQM yang efektif yaitu perbaikan berkesinambungan, Six Sigma, pemberdayaan pekerja, benchmarking, just-in-time (JIT), konsep Taguchi, dan pengetahuan perangkat TQM
3.2  SARAN
          Adapun saran yang bisa kami berikan antara lain :
  1. Dalam membuat makalah sebaiknya menggunakan berbagai referensi dari berbagai sumber untuk menambah informasi tentang Quality Management
  2. Dalam membuat makalah sebaiknya menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan EYD




DAFTAR PUSTAKA



- Jay Heizer dan Barry Render, 2009, Operations Management, 9th ed, Pearson Int’l
- Chase, Jaqobas, Aquilano, 2007, Operations Management for Competitive Advantage, 10th ed, Mc Graw Hill
-www.google.com/manajemen+kualitas

Pertemuan pertama

Manajemen Logistik

Pengertian
Logistik berasal dari bahasa Yunani Kono yaitu ’Logistikos’ yang berarti ’terdidik/pandai’ damal memperkirakan/berhitung.
Donald J.Bowersok (2000), Logistik didefinisikan sebagai "Proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahaan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari supplier, di antara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan".
H. Subagya, MS (1996) : "Logistik merupakan salah satu kegiatan yang bersangkutan dengan segi-segi sebagai berikut :
  • Perencanaa dan pengembangan, pengadaan, penyimpanan, pemindahan, penyaluran, pemeliharaan, pengungsian dan penghapusan alat-alat perlengkapan
  • Pemindahan, pengungsian dan peralatan personil
  • Pengdaan atau pembuatan, penyelengaraan pemeliharaan dan penghapusan fasilitas-fasilitas
  • Pengusaha atau pemberian pelayanan / bantuan-bantuan
Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi (2004) : " Manajemen logistic merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan pencatatan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penghapusan logistik guna mendukung efektivitas dan efidiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi".
Indriyi G dan Agus Mulyono (1998) :"Kegiatan logistik adalah mengembangkan operasi yang terpadu dari kegiatan pengadaan atau pengumpulan bahan, pengangkutan atau transportasi, penyimpanan, pembungkusan maupun pengepakan pendistribusian, dan pengaturan terhadap kegiatan tersebut".
Fungsi Manajemen Logistik
  1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan
  2. Fungsi Penganggaran
  3. Fungsi Pengadaan
  4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran
  5. Fungsi Pemeliharaan
  6. Fungsi Penghapusan
  7. Fungsi Pengendalian
Jenis barang dalam manajemen logistik
1. Barang konsumsi : barang yang dihasilkan poerusahaan untuk kepaentingan konsumen akhir
  • Produsen - Konsumen
  • Produsen - Pengecer - Konsumen
  • Produsen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen
  • Produsen - Agen - Pengecer - Konsumen
  • Produsen - Agen - Pedagang Besar - Pengecer - Konsumen
2. Barang Industri : suatu barang yang dihasilkan perusahaan untuk kepentingan industri
  • Produsen - Pemakai industri
  • Produsen - Distributor industri - Pemakai industri
  • Produsen - Agen - Pemakai industri
  • Produsen - Agen - Distributor industri - Pemakai industri
Asas-asas manajemen logistik
  1. Asas Keahlian
  2. Asas kreativitas
  3. Asas Ketelitian
  4. Asas Ketertiban dan Kedisiplinan
  5. Asas Kualitas Pelayanan
  6. Asas Kesempurnaan Watak
  7. Asas Efektivitas
  8. Asas Efisiensi
Konsep logistik terpadu terdiri dari dua usaha yang berkaitan yaitu ;

1. Operasi Logistik
  1. Manajemen distribusi fisik : aspek logistik keseluruhan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pengiriman barang yang dipesan oleh pelanggan.
  2. Manajemen Material : menyangkut perolehan dan pengangkutan material suku cadang, dan atau persediaan barang jadi untuk dijual kembali
  3. Transfer persediaan barang (internal) : berkenaan dengan pergerakan fasilitas-fasilitas perusahaan

2. Koordinasi Logistik
Identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan seluruh operasi ligistik. Koordinasi logistik dibagi kedalam 4 bidang: Peramalan Pengelolaan pesanan Perencanaa operasi Pengadaan/Pengadaan kebutuhan material

Sistem Logistik Operasi
(sistem kerja) perusahaan terdiri atas : Sistem pemasaran Sistem Keuangan Sistem logistik Sistem produksi

Kekuatan eksternal yang dapat mempengaruhi kegiatan logistik :
  1. Struktur industri 
  2. Pasar yang dituju 
  3. Peraturan pemerintah 
  4. Strategi bersaing 
  5. Keadaan perekonomian 
  6. Manajemen SDM 
  7. Kebiasaan Konsumen 

Faktor-faktor sistem logistik:
  1. Pengumpulan 
  2. Peyimpanan 
  3. Transfer 
  4. Penyebaran 
  5. Pembiayaan 
  6. Komunikasi 

Unsur sistem manajemen logistik :

      1. Struktur Fasilitas
      Jaringan fasilitas yang dipilih merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi hasil akhir logistiknya. Jumlah dan peraturan dari fasilitas yang dioperasikan dalam perusahaan mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan pelayanan terhadap penggunaan akhir produk, barang serta terhadap biaya logistiknya. Pasar pengguna produk akhir yang berbeda akan menyebabkan aktivitas logistic yang digunakan juga berbeda.
2. Transportasi 
     Dalam kegiatan jaringan fasilitas, transportasi merupakan suatu kegiatan penghubungnya. Sistem logistic memandang penting pada 4 faktor penting, yaitu :
a. Biaya
Merupakan pembayaran yang sesungguhnya yang harus dikeluarkan guna menggantikan jasa pengangkutan barang.
b. Kecepatan
Merupakan waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan tugas pengangkutan dari tempat asal ke tempat yang dituju.
c. Pelayanan
Merupakan suatu kegiatan servis yang diberikan terhadap barang selama kegiatan pemindahan barang.
d. Konsistensi
Merupakan suatu hal yang cukup penting dibidang transportasi dengan menunjukkan prestasi waktu yang teratur.
3. Persediaan
Kebutuhan akan transportasi diantara berbagai fasilitas didasarkan atas kebijakan jumlah persediaan yang ditetapkan perusahaan.

4. Komunikasi
Komunikasi yang harus dilakukan adalah komunikasi melingkar yang sering disebut sebagai komunikasi yang menyeluruh yaitu merupakan suatu komunikasi yang berjalan di antara semua bagian perusahaan.
5. Pengelolaan dan penyimpanan
Pengelolaan dan penyimpanan berhubungan dengan kebijakan jumlah persediaan yang selektif, melalui jumlah persediaan serta di antara lokasi fasilitas, kegiatan transportasi, alokasi persediaan dan jaringan komunikasi yang digunakan maka akan membuat kegiatan pengelolaan dan penyimpanan merupakan suatu struktur system bagi arus barang yang terpadu.

Senin, 15 April 2013

makalah TQM 2

Penerapan Manajemen Mutu

PENERAPAN MANAJEMEN MUTU
 DALAM PROSES PENERIMAAN KARYAWAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Di zaman modern saat ini banyak perusahaan bersaing untuk menjadi yang terbaik untuk mengikuti perkembangan jaman. Perusahaan ingin mendapat hasil yang lebih bermutu karena jika tidak demikian maka akan mempengaruhi kelangsungan dari perusahaan tersebut. Maka dari itu setiap perusahaan di harapkan dapat menerapkan manajemen mutu dalam proses penerimaan karyawan, karena dari sini perusahaan akan mendapatkan karyawan yang dapat bekerja dengan baik untuk perusahaannya.
Investasi di bidang Sumber Daya Manusia merupakan investasi yang sangat penting, sekaligus memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya. Sebagai salah satu elemen perusahaan,  Manajemen Sumber Daya Manusia tidak dapat dipisahkan dari bidang manajemen lainnya dalampencapaian tujuan perusahaan. Perencanaan dan usaha pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia,yang dilakukan dalam seleksi, bila dikelola secara profesional akan sangat menentukan mutu dan kesuksesan perusahaan. Dengan kata lain seleksi yang efektif akan memperoleh sumber daya yang
baik untuk jangka waktu yang lebih panjang.
TUJUAN PENELITIAN
Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian adalah membangun sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) seleksi penerimaan karyawan untuk membantu memperoleh hasil seleksi  penerimaan karyawan untuk menciptakan produktivitas kerja tinggi, loyalitas tinggi, sehingga produktivitas perusahaan dapat lebih ditingkatkan dari saat ini serta mengidentifikasi faktor-faktor penentu dalam seleksi penerimaan karyawan pada posisi tertentu.
A.   Pengertian dan Manfaat Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah proses manajemen komprehensif yang berfokus pada
perbaikan yang terus menerus dari aktifitas organisasi untuk menajamkan kualitas
dan jasa yang ditawarkan.
Gaspersz (2005 ) menyatakan bahwa :
Manajemen mutu terpadu merupakan pendekatan Manajemen sistimatik
yang berorientasi pada organisasi , pelanggan dan pasar melalui kombinasi
menciptkan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas manajemen
adalah merupakan antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna
mencipta peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan kinerja lain dari organisasi.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan perfomansi
scara terus menerus ( continuos performance improvement ) pada setiap level operasi
atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
Definisi lainnya menyatakan TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia dan lingkungannya (Tjiptono dan
Diana 2001).kan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktifitas dan
Menurut Ishikawa (1992) manajemen mutu terpadu adalah :
Sistem manajemen yang menempatkan mutu sebagai strategi usaha, melibatkan setiap
fungsi dan anggota organisasi dalam upaya peningkatan mutu dan berorientasi
sepenuhnya pada kepuasan pelanggan dan karyawan.
Selanjutnya menurut Nasution (2001) Total Quality Management adalah
perpaduan semua fungsi ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas, team work, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan.
1 .Pengertian Total
Menunjukkan bahwa TOM merupakan strategi organisasinal menyeluruh yang
melibatkan semua jenjang dan jajaran manajemen serta karyawan.
Setiap orang terlibat dalam proses TQM. Lebih lanjut, kata Total berarti bahwa
TQM mencakup tidak hanya pengguna akhir dan pembeli eksternal saja, tetapi
juga pelanggan internal, pemasok bahkan personalia yang mendukung.
2 Pengertian kualitas
Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi TQM lebih menekankan
pelayanan kualitas. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan, bukan organisasi atau
manajer departemen pengendalian kwalitas. Kenyataan bahwa ekspetasi
pelanggan bersifat individual, tergantung pada latar belakang sosial ekonomis
dan karateristik demografis, mempunyai implikasi penting : kualitas bagi
seorang pelanggan mungkin tidak sama bagi pelanggan lain. Tantangan TQM
adalah menyajikan kualitas bagi pelanggan.
3. Pengertian Manajemen
Mengandung arti bahwa TQM merupakan pendekatan manajemen, bukan
pendekatan teknis pengendalian kwalitas yang sempit. Pendekatan TQM sangat
berorientasi pada manajemen orang. Implementasi TQM mensyaratkan
perubahan organisasional dan manajerial total dan fundamental, yang
mencakup misi, visi, orientasi strategis dan berbagai praktek manajemen vital
lainnya.
Menurut Nasution (2001) yang membedakan Total Quality Management
(TQM) dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah
komponen-komponennya. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama, yaitu : focus
pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangkapanjang, kerjasama tim (teamwork), perbaikan system secara berkesinambungan,pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanyaketerlibatan dan pemberdayaan karyawan.Seperti apapun TQM didefisikan, yang lebih penting adalah bagaimanamengimplementasikan TQM dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam sisten TQMsecara utuh agar berhasil dalam penerapannya, memberikan nilai tambah danberdampak positif bagi organisasi., pegawai dan pelanggan. Bila TQMdiimplementasikan tidak tepat malah menjadi sumber pemborosan, hal ini bukantidak sering terjadi meskipun kedengarannya ironis.
Total Quality Management memberikan jaminan bagi pelanggan, bahwa
organisasi mempunyai tanggung jawab tentang kualitas dan mampu menyediakan
produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. Sebuah Organisasi
yang memahami mengapa mereka memperkenalkan Total Quality Management dapat
menerapkan suatu system yang fleksibel yang cocok bagi mereka sendiri dan
menyadari manfaat serta keefektifan yang dihasilkan oleh Total Quality Management
Total Quality Management yang efektif harus dapat memastikan bahwa
kegiatan-kegiatan bisnis diawasi dan didokumentasikan. Hal ini memungkinkan
setiap orang mengetahui apa yang mereka kerjakan dan bagaimana mereka
mengerjakannya. Sebagai hasilnya, inefisiensi dan pemborosan dapat ditentukan
sasarannya dan kemudian dihilangkan. Manfaat Total Quality Management yang
efektif banyak sekali tetapi hal tersebut hanya dapat direalisasikan oleh perusahaan
yang mengenalinya; terikat erat dengan Total Quality Management: menyita waktu
dan sulit untuk menerapkan sistem hasil pertimbangan sempurna yang sesuai dengan
organisasi yang dapat memajukan tujuan-tujuan bisnis.
Berikut ini adalah manfaat-manfaat umum sebuah Total Quality Management
            Jumlah tenaga kerja yang besar merupakan tenaga kerja yang langsung berhubungan denganproduksi. Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan tentunya membutuhkan banyak karyawandengan berbagai macam keahlian dan tingkat pendidikan. [1] Untuk berbagai posisi jabatan danjenjang diperlukan berbagai kualifikasi personil. Misalnya ketelitian, merupakan syarat mutlak untuk bagian keuangan. Sedangkan kemampuan berkomunikasi, merupakan syarat mutlak untuk bagian
penjualan. Menentukan prasyarat untuk berbagai posisi dalam perusahaan dan melihat kemampuan khusus dari calon karyawan yang memenuhi prasyarat tertentu dalam pertemuan yang singkat adalah tugas dan tanggung jawab yang besar, karena itu dibutuhkan kejelian agar tidak terjadi salah pilih atau salah penempatan. Kesalahan dalam memilih orang yang tepat sangat besar dampaknya bagi perusahaan atau organisasi. Hal tersebut bukan saja karena proses rekrutmen & seleksi itu sendiri telah
menyita waktu, biaya dan tenaga, tetapi juga karena menerima orang yang salah untuk suatu jabatan akan berdampak pada efisiensi, produktivitas, dan dapat merusak moral kerja karyawan yang bersangkutan dan orang-orang di sekitarnya.
            Lowongan pekerjaan bisa timbul karena adanya seorang karyawan yang berhenti dan pindah keorganisasi yang lain. Mungkin pula lowongan terjadi karena adanya karyawan yang di berhentikan dengan terhormat ataupun dengan tidak terhormat, alasan lain karena ada karyawan yang meninggal dunia. Perlu ditekankan bahwa kegiatan seleksi di dasarkan pada perencanaan Sumber Daya Manusia,
karena dalam rencana tersebut telah di tetapkan berbagai persyaratan yang harus di penuhi oleh orang–orang yang ingin bekerja dalam organisasi yang bersangkutan artinya, dengan mendasarkan pada rencana Sumber Daya Manusia, preferensi para manajer, para pencari tenaga kerja akan memiliki gambaran yang lengkap tentang tuntunan pekerjaan yang harus di penuhi oleh tenaga kerja baru/calon
karyawan.
             Prediksi kinerja dalam proses manajemen terjadi pada proses seleksi tenaga kerja. Dalam proses ini, manajemen harus memperhatikan prosedur penerimaan tenaga kerja yang benar dan layak dipercaya untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas (Ashton [2]).
            Selama ini pihak manajemen personalia kadang merasa kesulitan melakukan penilaian tersebut secara langsung. Oleh karena itu biasanya dilakukan tes psikologi yang dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu :
 1. Tes Kepribadian;
 2. Tes Bakat;
 3. Tes Inteligensi; dan
 4. Tes Prestasi
 5.  Tes psikologi secara umum akan menunjukkan keadaan emosional seseorang,                  
Walaupun tidak selalu demikian (Peter Lauster [3])
Sebuah penelitian pada hampir 42.000 orang di 36 negara dan mengungkapkan hubungan positif antara beberapa faktor psikologis tersebut dan kesuksesan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan (Stein dan Book, [4]). Ini menunjukkan bahwa seorang karyawan juga akan berhasil jika di dalam diri mereka terbentuk nilai-nilai yang tinggi. Tes psikologi akan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana namun jawabannya akan cukup mewakilkan kepribadian, kecerdasan emosional, serta potensi yang dimiliki seseorang. Data tes dan hasil tes psikologi biasanya dihimpun dalam kertas atau dalam aplikasi komputer berupa tabel yang memuat data dan nilai dari masing-masing peserta tes. Penilaian dan pertimbangan dari hasil tes psikologi harus dilakukan secara berhati-hati dan dengan metode yang tepat.
         Melihat kondisi seperti di atas, maka kiranya diperlukan suatu sistem yang bisa
menyimpan data calon karyawan, hasil tes secara terintegrasi dan kemudian melakukan analisa terhadap hasil tes psikologi tersebut dan memberikan alternatif solusi bagi pihak manajemen dalam pemilihan calon karyawan yang tepat untuk menjadi karyawan perusahaan sesuai dengan posisi yang dibutuhkan perusahaan. Sistem pendukung keputusan akan menggunakan metode AHP agar para pengambil keputusan akan dengan mudah menentukan urutan calon karyawan berdasarkan nilai
kriteria yang diperoleh dalam proses seleksi. Adanya prosedur ini setidaknya dapat membantu system dalam memproses aktivitas data dalam penyesuaian dengan sistem seleksi yang ada serta memperoleh informasi mengenai proses penerimaan karyawan secara cepat, tepat dan akurat sehingga tidak terjadi pemborosan waktu, biaya dan tenaga kerja untuk mendapatkan karyawan yang dibutuhkan.
B.     Seleksi
Sedangkan menurut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson [12], yang mengaitkan seleksi dan penempatan menyebutkan bahwa seleksi adalah proses mendapatkan dan mempergunakan informasi mengenai pelamar kerja untuk menentukan siapa yang seharusnya diterima menduduki posisi jangka pendek dan jangka panjang. Permintaan atau kebutuhan sumber daya manusia organisasi di waktu yang akan datang adalah pusat kegiatan perencanaan kepegawaian. Hampir semua perusahaan harus
membuat prediksi kebutuhan – kebutuhan karyawan (paling tidak secara informal) diwaktu yang akan datang, meskipun mungkin tidak perlu mengestimasi sumber – sumber suplainya. Perencanaan permintaan pekerja diartikan sebagai kegiatan penentuan jumlah (kuantitas) dan jenis (kualitas) karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara optimal. Perencanaan permintaan pekerja sehingga diadakan seleksi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari
dalam organisasi maupun berasal dari lingkungan organisasi. Faktor penyebab timbulnya permintaan pekerja antara lain :
1. Perubahan lingkungan eksternal, yaitu perubahan pada teknologi, sosial budaya, politik, peraturan perundang – undangan ekonomi dan pesaing
2. Perubahan organisasional, yaitu perubahan pada rencana strategis, anggaran, usaha dan kegiatan baru, rancangan organisasi dan tugas pekerjaan
3. Perubahan angkatan kerja karena para pekerja perusahaan pensiun, penempatan, pemberhentian, kematian dan absensi.

makalah TQM

Proposal Skripsi TQM Akuntansi Manajemen



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.
Era perdagangan bebas di Indonesia yang ditandai dengan berlakunya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Agreement / AFTA) pada tahun 2003 dan disusul dilaksanakannya Penjanjian Perdagangan Bebas ASEAN – Cina (ASEAN-China Free Trade Agreement / ACFTA ) mulai 1 Januari 2010, mengakibatkan perusahaan swasta maupun badan usaha milik negara dihadapkan  pada kondisi persaingan global, tak terkecuali untuk perusahaan manufaktur di Indonesia..
Akibat Persaingan yang semakin tajam di dunia bisnis,  perusahaan yang dahulu bersaing hanya pada tingkat lokal, nasional maupun regional kini harus bersaing dengan perusahaan dari seluruh penjuru dunia . Hal ini karena peningkatan arus penawaran produk barang dan jasa dengan harga yang lebih bersaing dari produk luar.
Perkembangan perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan yang sudah ada untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan bermunculan dan tetap terus memperoleh keuntungan. 
Persaingan global ini memberikan beragam pilihan kepada konsumen, sehingga tuntutan konsumen akan peningkatan kualitas produk semakin bertambah. Untuk  dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan seperti itu suatu perusahaan harus dapat bekerja secara efisien dan efektif , sehingga perusahaan harus memikirkan ulang strategi manajemen guna menciptakan nilai lebih/ value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta pelayanan berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh nilai /value lebih.
Maka pada era persaingan global dan liberalisasi perdagangan dewasa ini, kualitas produk barang dan jasa telah menjadi salah satu faktor penting terpenting untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan., seperti yang diungkapkan Vidhu Shekhar Jha  dan Himanshu Joshi (2003)“A good quality product or service enables an organization to add and retain customers. Poor quality leads to discontented customers, so the costs of poor quality are not  just those of immediate waste or rectification but also the loss of future sales
Oleh karena itu, perbaikan berkelanjutan harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan memenangkan persaingan melalui dua faktor penting yaitu kualitas produk yang tinggi dan harga bersaing. 
Dalam situasi persaingan yang semakin tajam, pendekatan Total Quality Management semakin banyak digunakan  sebagai teknik yang diimplementasikan sebagai formula dalam berkompetisi.
Total Quality Management adalah pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk memperbaiki mutu disemua proses dan aktivitas. (Carter Usry,2006:199)
  Praktik pemanufakturan Total Quality Management merupakan praktik yang menekankan peningkatan kualitas, mengeliminasi pemborosan, mengembangkan keterampilan, agar tercapai penyempurnaan mutu barang, dan jasa secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kepuasan konsumen. Praktik TQM tersebut lebih berfokus kepada keterlibatan karyawan yang merupakan sumber yang sangat bernilai bagi organisasi. (Aida dan Listianingsih :2005). Oleh karena itu, TQM memiliki prinsip untuk menghargai setiap anggota perusahaan yang terlibat dalam memberikan  pendapat demi perbaikan perusahaan secara berkelanjutan.
            Peran dan dukungan komitmen dari seluruh anggota organisasi dan fungsi manajemen dalam perencanaan merupakan aspek yang  dibutuhkan untuk pencapaian tujuan perusahaan. Oleh sebab itu,  selain penerapan TQM agar tujuan perusahaan dapat dicapai  maka diperlukan suatu pedoman dan komponen perencanaan  yang disebut dengan anggaran.
        Menurut Horngren et,all (2008:214),” anggaran adalah pernyataan kuantitatif suatu rencana kegiatan yang dibuat manajemen untuk duatu periode tertentu dan alat yang membantu mengkoordinasikan hal-hal yang perlu dilakukan guna mengimplementasikan rencana”. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan dan hendaknya anggaran yang disusun dapat mengakomodasi kepentingan setiap bagian perusahaan yang terkait dalam pelaksanaanya.
        Proses penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran, dimana pihak-pihak yang berkaitan diberi peran untuk melaksanakan kegiatan pencapaian sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
Oleh sebab itu diperlukan partisipasi penyusunan anggaran oleh beragam pihak dalam perusahaan sebagai pendekatan manajemen yang dinilai dapat meningkatkan kinerja manajerial perusahaan.
Menurut Brownell (dalam Bambang dan Osmad:2008:38) partisipasi anggaran  ialah sebagai suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Partisipasi dari bawahan dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan kinerja karena dengan adanya komunikasi antara bawahan dan atasan dapat memungkinkan bawahan untuk memilih. Tindakan memilih tersebut dapat membangun komitmen sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja ( Kadek dan I Ketut : 2009 ). Oleh karena itu partisipasi penganggaran memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan  dan kinerja manajerial.
Penelitian tentang partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial sebelumnya telah  dilakukan oleh Jaqueline tangkau (2009), Dr.Melek Eker (2007), Bambang Osmad (2008), melakukan pengujian partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan komitmen organisasi dimana variable tersebut berpengaruh positif secara signifikan, namun pada penelitian Kadek dan I ketut Suryanawa ( 2010) hasilnya tidak signifikan dimana komitmen organisasi tidak mampu perkuat hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Berbeda pada penelitian Milani (1975), EviYuniarti (2008) yang ternyata ditemukan hasil yang tidak signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara TQM dengan kinerja sudah dilakukan I Made Rani (2003), Dwi Suhartini (2007), Hiras Pasaribu (2009) dan berpengaruh positif dan signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melalui penerapan TQM yang meningkat dapat meningkatkan kinerja manajerial
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menelitihal tersebut dalam penelitian berjudul : Pengaruh Implementasi Total Quality Management (TQM) dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur XYZ di Jakarta)”.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masaalah yang ingin diteliti penulis dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apakah Total Quality Management berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
2.      Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial
3.      Apakah interaksi Total Quality Management dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
4.      Apakah partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut
1.      Untuk menganalisis pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja manajerial.
2.      Untuk menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.
3.      Untuk menganalisis pengaruh Total Quality Management dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial.
4.      Untuk menganalisis pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial.
D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :.
a.       Kontribusi Teoritis
1)      Bagi peneliti,
Yaitu guna  memperluas pengetahuan dan pengalaman di bidang akuntansi manajemen untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah melalui praktik dalam penelitian ini serta sebagai syarat penyelesaian tugas akhir kuliah untuk dapatkan gelar sarjana ekonomi akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .
2)      Bagi mahasiswa program studi akuntansi,
Yaitu guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu akuntansi manajemen, sehingga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh Total Quality Management dan  partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating
3)      Masyarakat
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang akuntansi manajemen, terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Total Quality Management dan patisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating.
b.      Kontribusi Praktis
1)      Bagi Perusahaan ,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi  dan bahan pertimbangan kepada pihak perusahaan dalam menerapkan partisipasi penyusunan anggaran dan Total Quality Management dalam peningkatan kinerja manajerial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan  Teoritis
1.   Total Quality Management ( TQM)
a. Sejarah dan Pengertian TQM
            Total Quality Management dalam istilah Bahasa Indonesia disebut manajemen mutu terpadu dan juga disebut manajemen kualitas terpadu. Hamper lema decade yang lalu istilah TQM telah tumbuh dan berkembang. Semula ide TQM muncul pertama kali di Amerika Serikat, tetapi kemudian diorganisasikan dan dilaksanakan dibeberapa perusahaan Jepang. Dua orang pakar TQM, baik di Jepang maupun di Ameriak Serikat adalah W. Edward dan Josept. M. Juran.
Peran deming terutama mengajarkan betapa pentingnya pihak manajemen suatu perusahaan harus bertanggung jawab penuh dalam penerapan sistem kualitas produk secara total dalam menghasilkan produkyang baik dan tidak cacat. Maka, deminglah yang pertama mengintroduksi TQM dengan mencegah terjadinya produk cacat (defect product)
 TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya. . Menurut Ishikawa dalam  Nasution (200522) “TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan”.
 TQM merupakan teknik dimana manajemen mengembangkan kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan memenuhi harapan pelanggan (Blocher et al, 2000 dalam Dwi Suhartini,2007).
TQM merupakan suatu pendekatan dalam meenjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan ( Tjiptono dan Diana, 2001
TQM memiliki tujuan perbaikan kualitas terus menerus, disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan, keinginan dan selera konsumen.  yang juga akan meningkatkan laba dan daya saing perusahaan. Dengan demikian TQM diawali dengan memahami apa yang diinginkan konsumen terhadap produk tertentu, dan kepuasan konsumen adalh inti kegiatan TQM. (Singgih Santono, 2007:2)
Yang membedakan TQM dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan  adalah komponen bagaimana tersebut. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama yaitu fokus pada pelanggan, obsevasi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim, perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. (Goetsh& Davis 1994 dalam Tiptono dan Diana 2001:15-16 ).
b. Manfaat TQM
Menurut (Nasution,2005:42)  manfaat TQM dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dapat memperbaiki posisi persaingan dan meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan
Adapun keunggulan perusahaan yang menerapkan TQM adalah:
1) TQM mengembangkan konsep kualitas dengan pendekatan totalitas. Kualitas  bila dipandang dari sudut pandang konsumen diartikan sebagai kesesuaian.
2)   Adanya perubahan dan perbaikan secara terus-menerus dengan menerapkanTQM perusahaan dituntut untuk selalu belajar dan berubah memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya,
3)   Adanya upaya pencegahan artinya sejak dari perancangan produk, proses   produksi hingga menjadi produk akhir menghasilkan produk yang baik tanpa ada produk yang cacat  (zero defect) sehingga perusahaan mampu mengurangi biaya (cost reduction), menghindari pemborosan dan menghasilkan produk secara efektif dan efisien dan pada akhirnya dapat meningkatkan profit bagi perusahaan.
c.  Karakteristik dan Prinsip Total Quality Management
            TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas tingkat dunia. Untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi (I Made dan Rani:2003). Menurut Hansler dan Brunell (dalamTjiptono dan Diana,2001:14) ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:
1)      Kepuasan Pelanggan
2)      Respek terhadap setiap orang
3)      Manajemen berdasaarkan fakta
4)      Perbaikan berkesinambungan
Manfaat TQM adalah memperbaiki kinerja manajerial dalam mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan penghasilan perusahaan.
Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis dalam Nasution (2005:22-24) .
1)      Fokus Pada Pelanggan
   Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver.  Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2)      Obsesi terhadap Kualitas
   Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas.  Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka.  Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif.  Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip ‘good enough is never good enough’.
3)      Pendekatan Ilmiah
   Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.  Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4)      Komitmen Jangka Panjang
   TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.  Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula.  Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5)      Kerjasama Tim (Teamwork)
   Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak.  Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6)      Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
   Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan.  Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
7)      Pendidikan dan Pelatihan
   Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.  Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global.  Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental.  Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar.  Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8)      Kebebasan yang Terkendali
   Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting.  Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat.  Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik.
9)      Kesatuan Tujuan
   Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan.  Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.  Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
10)  Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
   Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya
2. Partisipasi Penganggaran
a. Pengertian Anggaran
 Anggaran ( Budget ) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu ( M.Nafarin , 2004 :12).
Menurut Justine T.Sirait (2008), Anggaran ( kata benda) adalah hasil yang diperoleh setelah menyelesaian fungsi perencanaan, sedangkan budgeting adalah suatu proses, yakni mulai dari tahap persiapan penyusunan rencana, pengumpulan data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, Implementasi rencana sampai pada tahap pengendalian, dan evaluasi hasil pelaksanaan rencana.
Terdapat beberapa jenis anggaran yang diungkapkan Anthony dan Govindarajan (2005:80-81) meliputi:
1) Anggaran Operasi
2) Anggaran Modal
3) Anggaran Neraca
4)  Anggaran Laporan Arus Kas
Secara garis besar, penyusunan anggaran dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Top down approach (bersifat dari atas ke bawah)
Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang telah disusun.
2)  Bottom up approach (bersifat dari bawah ke atas)
Anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya diserahkan atasan untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran.
3) Kombinasi top down dan bottom up
Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paking efektif. Pendekatan ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara bersama sama menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan.
b. Manfaat-Manfaat Anggaran
       Anggaran merupakan bagian penting dari sistem pengendalian manajemen. Menurut Horgren et.all (2008:215) jika dikelola secara baik, sebuah anggaran akan :
1)      Mendorong perencanaan strategis dan pengimplementasian rencana tersebut.
2)      Menjadi kerangka kerja untuk menilai kinerja.
3)      Memotivasi para manajer dan karyawan
4)      Meningkatkan koordinasi dan komunikasi di antara berbagai subunit dalam perusahaan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:75) fungsi anggaran antara lain menyelaraskan rencana strategis, membantu pengoordinasian aktivitas dari beberapa organisasi, pendelegasian tanggung jawab kepada manajer, dan memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi.
c. Kelemahan Anggaran
Meskipun penyusunan anggaran banyak bermanfaat tetapi masih terdapat kelemahan-kelemahan yang membatasi anggaran. Menurut Hansen dan Mowen (2007:336), kelemahan-kelemahan anggaran antara lain:
1)   Anggaran disusun berdasarkan taksiran-taksiran (forecasting). Betapapun cermatnya taksiran tersebut dibuat namun amatlah sulit untuk medapatkan taksiran yang benar-benar akurat dan kemudian sama sekali tidak berbeda dengan kenyataannya nanti.
2)   Taksiran-taksiran dalam anggaran disusun dengan mempertimbangkan berbagai data, informasi, dan faktor-faktor baik yang contrallable maupun yang uncontrollable. Dengan demikian, jika nantinya terjadi perubahan-perubahan terhadap data, informasi serta faktor-faktor tersebut akan merubah pula ketetapan taksiran-taksiran yang telah disusun tersebut.
3)   Berhasil atau tidaknya pelaksanaan (realisasi) anggaran sangat tergantung pada manusia-manusia pelaksananya. Anggaran yang baik tidak akan bisa direalisasikan bilamana para pelaksananya tidak mempunyai keterampilan serta kecakapan yang memadai.
d. Partisipasi Anggaran
Partisipasi anggaran adalah tingkat seberapa jauh keterlibatan dan pengaruh individu (manajer) dalam proses penyusunan anggaran yang ada di dalam divisi  atau suatu instansi  untuk melakukan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran ( Bambang dan Osmad, 2008:45)
Partisipasi penganggaran adalah keikutsertaan para manajer tingkat bawah untuk ikut serta dalam proses pembuatan anggaran. Biasanya, tujuan umum dikomunikasikan ke manajer, yang membantu mengembangkan anggaran yang akan memenuhi tujuan-tujuan tersebut (Hansen Mowen 2007:335)
Penyusunan anggaran partisipatif adalah sangat menguntungkan untuk pusat tanggung jawab yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan tidak pasti karena manajer yang bertanggung jawab atas pusat tanggung jawab semacam itu kemungkinan besar memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban mereka (Anthony dan Govindarajan (2005: 87)
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 87), partisipasi dalam penyusunan anggaran memiliki dampak positif karena dua alasan:
1)   Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajerdibandingkan bila secara eksternal.
2)      Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang efektif.
Proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak baik manajer tingkat atas maupun manajer tingkat bawah (desentralisasi ) yang akan mainkan peranan dalam  mempersiapkan dan mengevaluasi berbagai alternatif dari tujuan anggaran, dimana anggaran senantiasa digunakan sebagai tolak ukur kinerja manajer
3.      Kinerja Manajerial
Kinerja merupakan faktor penting yang digunakan dlaam pengukuran efektifitas dan efisiiensi organisasi. Menurut Berbardin dan Russel dan Russel dalam( Achmad S Ruki, 2001;15) “ Performance is defined as the record of outcomes produces produced on a specified time period” (Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).
            Sedangkan menurut Mahoney dalam (Aida dan listiningsih:2005) kinerja adalah hasil kerja yang daapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kinerja manajerial adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial sehingga kinerja manajerial adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektifitas organisasional.
Kinerja personel meliputi delapan demensi yaitu:
1) perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan pemrograman.
2)  investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan
3) pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain di bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.
4) evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.
5) pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6) pengaturan staff (staffing), yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.
7)  negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar secara kelompok.
8)  perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuanpertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan
Tujuan utama penilaian kinerja dalah untuk memotivasi personil dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memahami standard.
4.      Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi diabndingkan dengan kepentingannya sendiri (Wiener dalam Evi Yuniarti dan Fadilla:2008).
Bagi individu dengan komitmen organisasi yang tinggi, pencapaian tujuan organisasi merupakan hal yang diprioritaskan. Individu dengan komitmen organisasi yang kuat dalam dirinya akan berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi serta berbuat yang terbaik demi kepentingan organisai. Sebaliknya, individu dengan komitmen organisasi yang rendah akan mempunyai perhatian yang rendah dalam pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusahan memenuhi kepentingan pribadinya. (Kadek dan I ketut:2010)
B.     Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian
1. Hubungan Total Quality Management dan Kinerja Manajerial
Perusahaan yang menetapkan TQM akan menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan, sehingga tidak ada pengulangan  pekerjaan atau pengurangan upah dan pengurangan pemborosan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja manajerial. Tujuan  perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas adalah tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya keluhan dari pelanggan sehingga dapat meningkatkan kinerja manajerial.
Perusahaan yang berfokus pada perbaikan terus-menerus, melibatkan dan memotivasi karyawan untuk mencapai kualitas output dan fokus pada kepuasan kebutuhan pelanggan lebih mungkin untuk mengungguli perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki fokus ini. Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa sejauh organisasi menerapkan praktek TQM, kinerja harus meningakat (Therese Joiner, 2007:618).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha1     : TQM mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja manajerial
2.  Hubungan Partisipasi Pengangaran dan Kinerja Manajerial
Anggaran pertisipartif dapat dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap individu mampu meningkatkan kinerjanya sesuai denga target yang telah ditetapkan sebelumnya. (Bambang Osmad, 2008:39)
Menurut Brownell (1982) dalam Bambang Osmad (2008,39) pengaruh anggaran partisipatif pada kinerja manajerial merupakan tema pokok yang menarik dalam penelitian akuntansi manajemen. Hal ini disebabkan karena partisipasi umumnya dinilai sebagai suatu pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut , rumusan hipotesis penelitian adalah:
Ha2     : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara positif dan signifikan pada kinerja manajerial.
3.   Hubungan Komitmen Organisasi dan TQM terhadap Kinerja Manajerial
Komitmen yang tinggi akan nyata dalam kesuksesan penerapan TQM apabila kompetensi yang sesuai dapat merealisasikannya. Berhasil atau tidaknya penerapan TQM sangat ditentukan dorongan komitmen pimpinan puncak untuk bersinerji dengan persepsi manajer divisi. (Hiras Pasaribu:2009:68).
H3       : Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara TQM terhadap kinerjamanajerial yang positif bila komitmen organisasi kuat dan negative bila komitmen organisasi lemah
4.  Hubungan Komitmen Organisasi dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Salah satu fungsi dari partisipasi anggaran adalah sebagai sarana komunikasi antara bawahan dan atasan , tidak hanya seputar seputar masalah anggaran, tetapi juga isu masalah lain yang berkaitan. Partisipasi anggaran memungkinkan bawahan untuk bertukar dan mencari informasi dari atasan mereka, yang tentunya juga akan mendukung terciptanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses penentuan anggaran dan urusan keorganisasian lain. (Jaqueline,2009:296).
Kecukupan  anggaran tidak secara langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderasi) melalui komitmen organisasi. (Bambang Osmad:2008:40)
Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para manajer bawah berusaha keras mencapai tujuan organisasi (Angel dan Perry dalam Bambang Osmad:2008:40) dan  menjadikan individu lebih mementingkan organisasi dibanding kepentingan pribadi dan berupaya untuk menjalankan organisasi menjadi lebih baik.  
Berdasarkan penjelasan tersebut , rumusan hipotesis penelitian adalah:
Ha4 : Komitmen Organisasi mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara Partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial yang positif bila komitmen organisasi kuat dan  negatif bila komitmen organisasi lemah
C.    Penelitian- Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini disebutkan beberapa hasil penelitian penelitian sebelumnya sebagai acuan dalam studi ini. Beberapa penelitian terdahulu yang menghubungkan TQM dengan kinerja manajerial serta partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial yang menjadi referensi penelitiian ini dapat dirangkum pada tabel dibawah ini dengan keterangan simbol :


D.    Kerangka Pemikiran
Untuk memperoleh keunggulan daya saing dunia dalam bisnis, harus mampu menyajikan setiap proses yang lebih baik dalam rangka menghasilkan produk berkualitas dengan harga wajar dan mampu bersaing. Strategi penting guna meningkatkan daya saing adalah melalui kualitas, dalam hal ini Total Quality Management. Total Quality management bertujuan untuk menghasilkan produk berkualitas guna tercapainya kepuasan pelanggan yang ditandai dengan berkurangnya komplain pelanggan. Hal ini berarti menunjukan kinerja yang semakin meningkat.
Partisipasi anggaran berarti sebagai keikutsertaan manager dan staff dalam penyusunan anggaran. Semakin tinggi tingkat partisipasi secara umum dapat tingkatkan kinerja yang akhirnya dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan baik segi keuntungan ekonomi dan efektifitas organisasi
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variable independen dalam hal ini adalah TQM (X1), Partisipasi Anggaran (X2) , terhadap variable dependent yaitu Kinerja Manajerial (Y) dengan variable moderating berupa Komitmen Organisasi (X3).   
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN :
 Pengaruh Implementasi Total Quality Management dan Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur XYZ  diJakarta)
Metode Analisis :
Model Regresi Linear Sederhana dan Regresi Linear Berganda (MRA)
             Variabel Independen                                                   Variabel Dependen
TQM (X1)
Therese A Joire (2007)
Dwi Suhartini (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
I Made Narsa dan Rani DY (2003)
KINERJA MANAJERIAL (Y)
Therese A Joire (2007)
Dwi Suhartini (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
I Made Narsa dan Rani DY (2003)
Jaqueline Tangkau (2009)
Dr. Elek Meker (2007)
Bambang Sarjito&Osmad (2008)
Yuniarti dan FadilahEvi (2008)
KOMITMEN ORGANISASI (X3)
Dr. Elek Meker (2007)
Hiras Pasaribu (2009)
Jaqueline Tangkau (2009)
Bambang Sarjito&Osmad Muthaher (2008)
PARTISIPASI ANGGARAN (x2)
Jaqueline Tangkau (2009)
Dr. Elek Meker (2007)
Bambang Sarjito&Osmad (2008)
Yuniarti dan FadilahEvi (2008)
V.MODERATING
Fenomena-Fenomena  dasar implementasi TQM dan Partisipasi Anggaran ( Era pasar bebas, AFTA – ACFTA)
 

BAB III
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Ruang Lingkup Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu peristiwa. Data diperoleh dari hasil survey dan menggunakan daftar pertanyaan (questioner) sebagai alat pengumpul data pokok, diproses kemudian dianalisis serta diinterpretasikan dengan menggunakan teori yang ada.                                           Penelitian ini dirancang sebagai salah satu penelitian empiris yang menguji hipotesis dengan menggunakan metode korelasional. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, penulis melakukan pendekatan studi kasus. Dengan pendekatan ini, data yang dikumpulkan dapat disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dan dibandingkan dengan teori yang menunjang. Dengan demikian, dapat memberikan gambaran yang jelas serta dapat menarik kesimpulan dari objek yang akan diteliti.             Adapun objek penelitian adalah implementasi TQM, Partisipasi penganggaran, komitmen organisasi dan kinerja manajerial.
B.     Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.
         Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh manajer, kepala bagian/divisi, supervisor dan staff yang  terlibat dalam proses penyusunan anggaran dan implementasi TQM pada PT.XYZ, perusahaan manufaktur di Jakarta.
         Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Pemilihan sampel dalam penelitian ini didasarkan  pada  purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat mendukung penelitian ini.
Sedangkan kriteria pemilihan sampel tersebut adalah:
1.      Merupakan karyawan tetap perusahaan XYZ
2.      Terlibat baik langsung maupun tak langsung terhadap implementasi TQM dan dalam proses penyusunan anggaran
3.      memiliki masa kerja minimal satu tahun dalam periode penyusunan anggaran
C.    Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kuantitatif. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan mengirimkan kuesioner kepada responden dengan Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.    Penelitian Lapangan  (Field  Research)
Dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan:
a.       Wawancara, yaitu dengan  mengadakan  tanya jawab dengan pihak yang berwenang untuk mendapatkan gambaran umum mengenai perusahaan dan masalah yang berhubungan dengan implementasi TQM dan partisipasi penganggaran serta kinerja perusahaan.
b.      Kuesioner, yaitu dengan  memberikan daftar pertanyaan yang diharapkan dijawab untuk mempermudah pengumpulan data dan efisiensi waktu.
2.    Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Dilakukan untuk memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari literatur, karya ilmiah, dan sumber-sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan landasan teori
D.    Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriftif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
  1. Statistik Deskriftif
Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19).
  1. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas.
a.       Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2009:49). Kriteria valid atau tidak adalah jika korelasi antar skor masing masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid  (Ghozali, 2009:49).
b.      Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009:45). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s  Alfa > 0,60. sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliable (Ghozali, 2009:45-46).
  1. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.
a.       Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2009:95). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoliniearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009:95).
b.      Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009:125). Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125-126).
b.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal
4.      Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh  Total Quality Management dan partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderating.  Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama (Ha1)  dan hipotesis kedua (Ha2) adalah regresi linier sederhana (simple linear regression). Sementara pengujian hipotesis ketiga (Ha3) dan keempat (Ha4) akan dilakukan dengan Moderated Regression Analyisis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.
Rumus model analisis data hipotesis pertama (Ha1) dan hipotesis kedua (Ha2) adalah menggunakan regresi linier sederhana (simple linear regression):
      
Y = α + β1.XTQM + e  ...........................................................................  (1)
Y = α + β2.XPP + e  ..............................................................................  (2)
Rumus model analisis data hipotesis ketiga dan keempat (Ha3-Ha4) adalah Moderated Regression Analysis (MRA):
Y  = α + β1.XTQM + β3.XKO + β4XPP.XKO + e........................................ (3)
Y  = α + β2.XPP + β3.XKO + β5XPP.XKO + e........................................... (4)
Keterangan:
Y adalah Kinerja Manajemerial
α adalah kostanta
β1- β5 adalah koefesien regresi
XTQM adalah Total Quality Management
XPP adalah partisipasi penganggaran
XKO adalah  komitmen organisasi
XPP.XKO adalah interaksi partisipasi penganggaran dan komitmen organisasi
XTQM.XKO adalah interaksi Total Quality Management dan Komitmen Organisasi
e  adalah error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
a.       Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).   
b.      Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).
c.       Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2009:88). Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2009:88). 
E.     Definisi dan Operasional Variabel
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada suatu nilai (Uma Sekaran, 2006). Dalam penelitian  ini, digunakan tiga macam variabel penelitian.
1.      Variabel Independent
Varibel independent  adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun negatif (Sekaran, 2006), variabel independen ini merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi variabel lain sedangkan menurut Sugiono (2007) variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.Variabel Independen dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas.                            
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah TQM dan partisipasi dalam penyusunan anggaran, yang mengukur seberapa jauh karyawan terlibat dalam penyusunan anggaran).
Total quality management (TQM) diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work, produktivitas, dan kepuasan pelanggan menurut Ishikawa dalam Nasution (2005:  22).
 Variabel  TQM diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Goetsh dan Davis (1994) seperti yang digunakan dalam penelitian Dwi Suhartini (2007) dengan 10 item pertanyaaan berupa skala interval dengan menggunakan skala likert dengan skala rendah (nilai 1) menunjukan bahwa tingkat penerapan RQM rendah, sebaliknya skala tinggi (nilai5) menunjukan tingkat penerapan TQM tinggi. Instrumen ini digunakan untuk mengukur penerapan TQM dalam perusahaan yang terdiri dari 10  indikator yaitu: fokus pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasasan terkendali dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Variabel partisipasi anggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran (Brownell (1982) dalam Evi Yuniarti dan Fadila: 2008).Variabel partisipasi anggaran diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Milani (1975) sepeti yang digunakan pada penelitian sebelumnya (Dr. Meler Elek (2007), (Bambang Osmad (2008), Evi Yuniarti dan Fadilah (2008), dimana responden diminta untuk menjawab enam pertanyaan  berupa skala interval dengan memilih skala antara 1 sampai dengan 5. Skala rendah (angka 1) mewakili tingkat partisipasi yang rendah, sedangkan skala tinggi (angka5) mewakili tingkat partisipasi yang tinggi.
Instrumen pertanyaan pada variabel partisipasi anggaran antara lain  mengenai:                
a) seberapa besar keterlibatan para manajer  dalam proses penyusunan anggaran,
b) tingkat kelogisan alasan atasan untuk merevisi usulan anggaran yang  dibuat manajer,
c) besarnya  pangaruh manajer dalam anggaran
d) seberapa besar manajer merasa mempunyai  kontribusi penting terhadap anggaran,
e) intensitas manajer mengajak diskusi tentang anggaran,
f) serta frekuensi atasan meminta pendapat manajer dalam penyusunan anggaran.
2.      Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat menurut Sugiyono (2007) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen atau variabel bebas. menurut Uma Sekaran (2007) Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja manajerial.
Kinerja manajerial sebagai variabel dependen mengukur kinerja yang meliputi delapan  indikator berdasarkan  penelitianyang dikembangkan  Mahoney et al.1963 sepeti yang digunakan pada penelitian sebelumnya Dr. Meler Elek (2007), EviYuniarti (2008), Bambang Osmad (2008), Dwi Suhartini  (2007),  Kadek dan I Ketut Suryanawa (2010) yang meliputi antara lain, perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan. Setiap responden diminta untuk mengukur kinerjanya sendiri  dengan jawaban pertanyaan disusun menggunakan berupa skala interval /likert dengan  rentang 1 sampai 5. Skala rendah (angka 1) mewakili tingkat kinerja yang rendah, sedangkan skala tinggi (angka5) mewakili tingkat kinerja yang tinggi.
3.       Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen (Sugiyono, 2007). Variabel moderating dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi.
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi (Wiener dalam Evi Yuniarti dan Fadilla:2008) Komitmen organisaai diukur dengan menggunakan instrument daftar pertanyaan yang disusun oleh Mowday et.al (1979) yang juga digunakan pada penelitian terdahulu yaitu Dr. Melek Eker(2007) , Evi Yuniarti Fadilla (2008), Bambang Osmad (2008), Jaqueline Tangkau (2009),  Kadek dan I Ketut Suryanawa (2010). Daftar pertanyaan terdiri atas Sembilan butir pertanyaan dengan skala interval/likert dengan rentang nilai satu (terendah) dan lima (tertinggi). Alternatif jawaban degan nilai satu berarti sangat tidak setuju dan nilai lima berarti sangat setuju dengan pertanayaan yang ada dalam daftar pertanyaan.
Dalam penelitian ini, komitmen organisasi dilihat dari beberapa hal berikut ini:
a) usaha keras untuk menyukseskan organisasi,
b) kebanggaan berkerja pada organisasi tersebut,
c) kesediaan menerima tugas demi organisasi,
d) kesamaan nilai individu dengan nilai organisasi,
e) kebanggan menjadi bagian  dari organisasi,
     f) organisasi merupakan inspirasi untuk melaksanaan tugas,
g) senang atas pilihan bekerja di organisasi tersebut,
(h) anggapan bahwa organisasinya adalah organisasi yang terbaik, dan
(i) perhatian terhadap nasib organisasi     
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N., dan Vijay Govindarajan. “Management Control System”, 12th edition, Mc Graw Hill, Newyork, 2007
Bambang Sarjito dan Osmad.”Pengaruh Partisipasi Penyusuan angaran Terhadap Kinerja Aparat PEMDA: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai moderating “ , Jurnal JEB Vol.2, No.1 Maret 2008:37-49
Carter dan Milton F.Usry. “Cost Accounting = Akuntansi Biaya”, edisi 13, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Dwi Suhartini “Pengaruh Penerapan Total Quality Management Terhadap Kineraja Manahjerial dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating pada PT.Pertamina UPMS V Surabaya” Jurnal Ekonomi dan Manajemen vol.8 no.2 pp288-297, 2007
Elek Meker Dr.  .“The Impact of Budget Participation on Managerial Performance; Via Organization comitmen : A study on the top 500 firms in Turkey”, Journal Ankara Universitesi SBFergisi pp.117-136, 2007
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi 4,  Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009
Hansen, Don R., dan Marryanne M. Mowen,. “Managerial Accounting”, 8thedition,  Thomson South-Western, Australia, 2007.
Hiras Pasaribu. Pengaruh Komitmen, Persepsi dan Penerapan pilar dasar TQM terhadap Kinerja Manajerial (Survei BUMN Manufucture Indonesia)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan vol11no.2,November 2009:65-75),2009
Horngren, Datar, dan George Foster.”Akuntansi Biaya Jilid I”,edisi kesebelas, Jakarta: Indeks,2008.
Jaqueline Tangkau.” Analisi Pengaruh Komitmen Organisasional dan Partisipasi Angaran terhadap Kinerja Manajerial dan Senjangan Anggaran”, Jurnal FORMAS Vol.2 No.4 Juni2009 295-302), 2009
Jha, Vidhu Shekhar. “Strategic Issues in Business Excellence and Benchmarking for competing in the 21st Century-An Indian Context”, American Society for Quality (ASQ) USA Summer 2003, Vol.29, Number 3, 2003
Mardiah, Aida Ainul dan Listianingsih.. “Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Reward, Dan Profit Center Terhadap hubungan antara total quality management dengan kinerja manajerial”, Jurnal SNA Solo, 15-16 September 2005
M. Nafarin. “Penganggaran Perusahaan”, Salemba Empat : Jakarta, 2004
Nasution,M.Nur.”Manajemen Mutu Total”, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005
Narsa I Made dan Yuniawati R. D. “Pengaruh Interaksi Antara Total Quality Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris pada PT. Telkom Divre V Surabaya)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6. No. 1, Mei 2003:18-34.
Prawirosentono, Suyadi.” Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Total Quality Management Abad 21”: PT.Bhumi Aksara: Jakarta, 2004
Sekaran, Uma. “Research Methods For Business = Metodologi Penelitian untuk Bisnis” Salemba Empat: Jakarta, 2006
Sugiono. “Metode Penelitian Bisnis” Bandung : CV Alfabeta , 2004
Suardana, Kadek,dan I ketut Suryanawa. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran Pada Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi sebagai variable Moderasi, AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis- FE Univ.Udayana, Volume 1 Jan 2010
Therese A Joire .”Total Quality Management and Performance” (JQRM vol 24 No.6 pp617-627),2007
Tjiptono dan Diana.” Total Quality Management”. Andi Press:Yogyakarta,2001
T Sirait, Justine. “Anggaran Sebagai Alat Bantu Manajemen”, Grasindo : Jakarta , 2006
Yuniarti, Evi dan Fadila Marga.. “ Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial ( Studi Empiris Pada Kantor Cabang Perbankan Di Provinsi Lampung)”. Jurnal Ilmiah ESAI vol.2, Nomor1, Januari 2008