Senin, 26 November 2012

Pertemuan Ke-2 --> Teknik-teknik Peramalan



TEKNIK-TEKNIK PERAMALAN

Ada 4 kelompok umum teknik peramalan yang sering digunakan, yaitu:
  1. Teknis;
  2. Fundamental;
  3. Market based; dan
  4. Perpaduan (mixed forecasting).
Peramalan Teknis
Peramalan ini menggunakan data tingkat kurs historis dan kadang kala peramalan dilakukan hanya dengan pengamatan data tanpa menggunakan perhitungan statistik. Namun tidak jarang pula perhitungan statistik disertakan dalam peramalan. Selain itu, juga ada beberapa model time series yang digunakan untuk pengujian move average sehingga para peramal dapat melakukan interpretasi yang didasarkan pada pengujian tersebut. Tentu saja cara pengujian ini tidak dipublikasikan seara luas guna mencegah pembajakan terhadap cara perhitungan tersebut. Jika data historis yang ada menampakkan pola yang random, maka peramalan teknis ini kurang begitu tepat untuk diterapkan.

Peramalan Fundamental
Peramalan ini didasarkan pada hubungan fundamental antara variabel ekonomi dan tingkat kurs. Dengan pemberian nilai tertentu pada variabel-variabel tadi, maka perusahaan dapat mengembangkan proyeksi tingkat kurs di masa yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan cara memberikan penilaian subjektif pada tingkat dimana pergerakan variabel ekonomi secara umum akan mempengaruhi tingkat kurs. Dari perspektif statistikal, peramalan dilakukan berdasar pada ukuran kuantitatif pengaruh variabel ekonomi pada tingkat kurs.
Sebenarnya fokus yang akan dijelaskan di sini adalah dua dari banyak faktor yang mempengaruhi nilai mata uang. Namun, sebelumnya kita asumsikan bahwa materi yang akan di bahas adalah peramalan perubahan persentase tingkat kurs, pound Inggris terhadap dolar Amerika pada kuartal yang akan datang. Dan untuk lebih mudahnya , diasumsikan bahwa peramalan terhadap nilai pound hanya dipengaruhi oleh dua faktor:
  1. Inflasi di Amerika Serikat relatif terhadap inflasi di Inggris.
  2. Perubahan pendapatan di Amerika Serikat relatif terhadap pertumbuhan pendapatan di Inggris.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan bagaimana pengaruh kedua variabel ini terhadap nilai pound berdasarkan pada data historis yang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Pertama-tama dilakukan pengumpulan data kuartalan inflasi dan tingkat pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat dan Inggris. Variabel dependennya adalah perubahan persentase kuartalan pada nilai pound (di singkat BP), sedangkan variabel independennya dapat ditetapkan sebagai berikut:
  1. Perubahan persentase perbedaan inflasi di masa lampau (tingkat inflasi Amerika Serikat dikurangi tingkat inflasi Inggris), disingkat menjadi INF.
  2. Perubahan persentase perbedaan pertumbuhan pendapatan di masa lampau (pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat dikurangi pertumbuhan pendapatan di Inggris).
Dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:
BP = b₀ + b₁ INF + b₂ PDT + E

Dimana b₀ merupakan konstanta, b₁ mengukur sensitivitas pengaruh perubahan INF pada BP, b₂ mengukaur sensitivitas pengaruh perubahan PDT terhadap BP, dan E mewakili error.
Untuk lebih memeperjelas, maka kita beri nilai pada koefisien regresi di atas sebagai berikut: b₀ = 0,02, b₁ = 0,8, dan b₂ = 1,0. Dan untuk melakukan peramalan kita asumsikan bahwa INF sebesar 4% dan PDT sebesar 2%. Dengan demikian, hasil persamaan regresinya dapat kita cari sebagai berikut:
BP          = b₀ + b₁ INF + b₂ PDT
= 0,02 + 0,8 (4%) + 1,0(2%)
= 5,4%
Dari hasil tersebut dapat di interpretasikan bahwa nilai pound akan mengalami apresiasi sebesar 5,4% pada kuartal yang akan datang.
Model diatas dengan dua faktor yang di analisis merupakan model yang sederhana. Bila lebih dari dua faktor, maka kita gunakan model full blown regression yang dapat di tuliskan persamaannya sebagai berikut:
BP=b₀+b₁x₁+b₂x₂+…….bn xn + E

Dalam penggunaan model regresi untuk melakukan peramalan berbasis pada data historis, kadang kala ada beberapa faktor yang memiliki pengaruh cukup kuat pada perubahan yang tidak dapat diidentifikasi. Bila hal ini tidak diantisipasi maka hasil peramalan akan menjadi tidak akurat. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukuan peramalan guna mengetahui berapa besarnya pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat diidentifikasi tersebut. Peramalan ini lebih dikenal dengan analisis sensitivitas yang dapat dituliskan model persamaannya sebagai berikut:
e=  a+ aINFt + a2 INFt-1 + ยต

keterangan :
et = perubahan persentase kurs selama peride-t
a0,a1,a2 = koefisien regresi
INFt = diferensial suku bunga riil pada periode-t
INFt-1 = diferensial inflasi pada periode t-1

Keterbatasan peramalan fundamental
Peramalan fundamental memiliki empat keterbatasan :
  1. Ketidakpastian pengaruh suatu faktor pada waktu tertentu.
  2. Diperlukannya peramalan untuk faktor-faktor yang memiliki pengaruh langsung, pada nilai kurs.
  3. Tidak semua faktor yang relevan dimasukkan dalam model.
  4. Adanya perubahan sensitivitas pergerakan mata uang sepanjang waktu, hal ini disebabkan karena tidak ada satupun yang konstan di pasar sepanjang waktu selain perubahan itu sendiri, sehingga nilai-nilai koefisien di dalam model regresi akan selalu berubah.
Dalam peramalan fundamental bisa juga digunakan teori paritas daya beli (PPP). Namun pada kenyataannya, penggunaan teori PPP ini tetap tidak dapat menghasilkan peramalan yang akurat dengan alasan sebagai berikut: (1) Ketidakpastian pengaruh fluktuasi inflasi pada pola perdagangan, demikian juga pada tingkat bunga, (2) data ynag digunakan untuk mengukur harga relative pada dua Negara tidak akurat, (3) hambatan perdagangan dapat mengganggu pola perdagangan, (4) faktor lain seperti perbedaan tingkat bunga antar negara juga mempengaruhi tingkat inflasi. Alasan-alasan ini membuktikan bahwa perbedaan inflasi semata tidaklah cukup untuk melakukan peramalan. Namun, perbedaan inflasi tetap merupakan satu faktor yang penting guna melakukan peramalan.

Peramalan Metode Market-based
Metode ini menggunakan indikator-indikator pasar yang biasanya didasarkan pada (1)kurs spot atau (2) kurs forward. Alasan mengapa kurs spot digunakan sebagai dasar peramalan market-based dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut. Bila di-asumsikan bahwa poundsterling akan mengalami apresiasi terhadap dolar, maka hal ini dapat mendorong spekulator untuk membeli pound dengan dolar, dan dengan demikian akan mempercepat apresiasi. Demikian pula sebaliknya, bila pounds akan mengalami depresiasi terhadap dolar, maka spekulator akan menjual pound untuk ditukar dolar dengan harapan pound akan dapat dibeli kembali dengan harga yang lebih rendah nantinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai pound dipasar saat ini mencerminkan nilai di masa yang akan datang. Dengan mengamati spot rate ini, maka perusahaan dapat melakukan peramalan nilai mata uang di masa yang akan datang.

Alasan mengapa kurs forward juga dapat digunakan sebagai dasar peramalan market-based dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalnya, harga 1,4 dolar sama dengan 1 pound dan dalam 30 hari mendatang di perkirakan menjadi 1,45  dolar. Hal ini akan mendorong spekulator untuk membeli pound agar 30 hari mendatang mereka mendapatkan keuntungan $0,5 dari setiap pound yang mereka beli. Dan dapat muncul kemungkinan bahwa tingkat harga dolar berhenti hanya $1,45 karena pada tingkat harga itulah spekulator mendapatkan keuntungan yang direncanakan sehingga mereka tidak lagi membeli pound. Hal ini menjadi penyebab mengapa harga pound tetap pada $1,45. Spekulator menganggap bahwa mereka tidak mendapatkan keuntungan bila tidak berada di tingkat yang telah mereka rencanakan. Meskipun dari awal yang dibahas dalam paparan ini adalah peramalan, namun sesungguhnya tindakan spekulasilah yang mampu mendorong kurs forward kearah yang diinginkan.

Mixed Forecasting
Mixed forecasting dapat dilakukan bila masing-masing teknik peramalan memiliki tingkat superioritas yang sama. Cara melakukan mixed forecast ini adalah dengan menimbang hasil proyeksi masing-masing teknik dengan total timbangan lebih tinggi. Dan MNC dapat mengukur ketidakpastian dengan mengukur kisaran hasil peramalan teknik-teknik yang digunakan.  

Anggaran Produksi


ANGGARAN PRODUKSI

Anggaran produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin – mesin, dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang pada suatu priode tertentu dimasa depan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau diramalkan.

Adapun tujuan dari perencanaan produksi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu, misalnya berapa hasil yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat keuntungan dengan persentase tertentu dari keuntungan setahun terhadap penjualan yang diinginkan.
b. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil perusahaan ini tetap mempunyai market share tertentu.
c. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini bekerja pada tingkat efisien tertentu.
d. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada dapat sernakin berkembang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran ProduksiUntuk dapat membuat suatu perencanaan yang baik haruslah diperhatikan masalah yang terdapat didalam perusahaan dan masalah-masalah yang datangnya dari luar perusahaan. Masalah tersebut seperti kapasitas mesin dan peralatan produktifitas, tenaga kerja, kemampuan pengadaan, dan penyediaan bahan baku yang merupakan variabel-variabel dibawah kekuasaan pimpinan perusahaan.

Sedangkan masalah yang datang dari luar perusahaan berupa kebijaksanaan pemerintah, inflasi, bencana alam, dan sebagainya. Selain dari masalah diatas, perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Sifat dari proses produksi
b. Jenis dan mutu barang yang diproduksi
c. Jenis barang yang.diproduksi

Faktor-faktor Internal dan Eksternal dalam Penyusunan Budget Produksi

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam perusahaan yang mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan perusahaan :
a. Penjualan tahun lalu’bisajadi patokan
b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual
c. Syarat pembayaran barang yang dijual
d. Pemilihan saluran distribusi
e. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Quantitatif atau Qualitatif)
f. Modal kerja yang dimiliki perusahaan (Current asset -Current liabilities)
g. Fasilitas yang dimiliki perusahaan
h. Kebijaksanaan perusahaan yang dimiliki perusahaan dibidang-bidang lain.
Faktor-faktor eksternal/ faktor luar perusahaan, tapi memiliki pengaruh
terhadap perusahaan :
a. Persaingan
b. Tingkat pertumbuhan penduduk
c. Tingkat penghasilan masyarakat
d. Tingkat pendidikan masyarakat
e. Tingkat penyebaran masyarakat
f. Agama, adat istiadat dan kebijaksanaan masyarakat
g. Kebijaksanaan pemerintah
h. Keadaaan perekonomian internasional maupun nasional dan kemajuan tehnologi.

Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)


BIAYA OVERHEAD PABRIK

Penggolongan BOP
1.      BOP menurut sifatnya :
a.       biaya bahan penolong
b.      biaya reparasi dan pemeliharaan
c.       biaya tenaga kerja tidak langsung
d.      biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
e.       biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
f.       BOP lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai


2.      BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi
a.       BOP tetap
BOP tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu contoh : biaya asuransi
b.      BOP variable
BOP yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan contoh : biaya bahan penolong
c.       BOP semi variable
BOP yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan contoh : biaya bahan bakar kendaraan

3.      BOP menurut hubungannya dengan departemen
a.      BOP langsung departemen
BOP yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut.
b.      BOP tidak langsung departemen
BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

4.      Dasar Pembebanan BOP terhadap Produk
a.       Satuan produk
taksiran BOP  : tariff BOP persatuan taksiran  jumlah satuan produk yang dihasilkan
contoh :
taksiran BOP selama satu tahun anggaran      : Rp. 4.000.000
taksiran BOP jml produk yang dihasilkan selama th anggaran tsb : 8.000 unit
tariff BOP sebesar : (4.000.000) : (8.000) ; Rp. 500 perunit produk
b.      Biaya bahan baku
taksiran BOP x 100% : % BOP dari BBB yang dipakai taksiran BBB yang dipakai
contoh :
taksiran BOP selama 1 tahun anggaran : Rp.4.000.000
taksiran BBB selama 1 tahun anggaran : Rp. 8.000.000
tariff BOP : 4.000.000 / 8.000.0000 x 100% = 50% dari BBB yang dipakai
c.       Biaya tenaga kerja
taksiran BOP x 100% : % BOP dari BTKL taksiran BTKL
contoh :
taksiran BOP selama 1 th anggaran      : Rp. 4.000.000
taksiran BTKL selama 1 th anggaran    : Rp. 10.000.000
tariff BOP sebesar : 4.000.000 / 10.000.000 x 100% : 40% dari BTKL
d.      Jam tenaga kerja langsung
taksiran BOP : tariff BOP perjam tenaga kerja langsung taksira jam tenaga kerja langsung
contoh :
taksiran BOP selama 1 tahun anggaran : Rp. 4.000.000
taksiran jam tenaga kerja langsung selama 1 th anggaran     : 4.000 jam
tariff BOP sebesar : 4.000.000 / 4.000 : Rp. 1.000 perjam tenaga kerja lgs
e.       Jam mesin
taksiran BOP : tariff BOP perjam kerja mesin taksiran jam kerja mesin
Contoh :
taksiran BOP selama 1 th anggaran                : Rp. 4.000.000
taksiran jam mesin selama th anggaran : 20.000 jam mesin
tariff BOP sebesar : Rp. 4.000.000 / 20.000 : Rp. 200 per jam mesin

Pembebanan BOP kepada Produk atas Dasar Tarif
Contoh :
PT AJP memproduksi berdasar pesanan. BOP dibebankan berdasar jam mesin. Anggaran BOP disusun pada kapasitas normal sebanyak 160.000 jam mesin. Waktu pengerjaan menghabiskan 150.000 jam mesin.

PT AJP
Anggaran BOP untuk tahun 19x1
Atas dasar kapasitas normal 160.000 jam mesin
Elemen biaya
B. Tetap
B. Variabel
Jumlah
B. Bhn Penolong            
Biaya listrik                   
B. Bhn Bakar            
BTKTL                          
B. Kesejahteraan Kary    
Biaya reparasi               
Biaya asuransi               
Biaya depresiasi              
-
-
-
4.000.000
3.000.000
1.000.000
1.200.000
1.600.000
2.100.000
3.000.000
2.000.000
3.000.000
-
1.500.000
-
-
2.100.000
3.000.000
2.000.000
7.000.000
3.000.000
2.500.000
1.200.000
1.600.000
Jumlah
10.800.000
11.600.000
22.400.000

Tariff BOP variable : 11.600.000 / 160.000 = Rp. 72,5 perjam mesin
Tariff BOP tetap      : 10.800.000 / 160.000 = Rp. 67,5 perjam mesin
          Tariff BOP total                                 Rp. 140  perjam mesin
Pembebanan BOP
Rp. 140 x 150.000 = Rp. 21.000.000
BDP BOP                                Rp. 21.000.000
          BOP yang dibebankan                                  Rp. 21.000.000


Pengumpulan BOP ss
Misalkan BOP yang sesungguhnya terjadi adalah :

PT AJP
BOP ss terjadi tahun 19x1
Pada kapasitas sesungguhnya yang dicapai 150.000 jam mesin
Elemen biaya                                                jumlah
B. Bhn Penolong                                          2.200.000
Biaya listrik                                                  2.900.000
B. Bhn Bakar                                               1.500.000
BTKTL                                                       7.000.000
B. Kesejahteraan Kary                                  3.000.000
Biaya reparasi                                              2.000.000
Biaya asuransi                                              1.200.000
Biaya depre mesin                                        1.600.000
          Jumlah                                               21.400.000
BOP ss                           21.400.000
          Berbagai rekening                      21.400.000
Perhitungan selisih
BOP yg dibebankan 150.000 jam mesin x Rp. 140  : 21.000.000
BOP ss                                                                 : 21.400.000
Selisih BOP                                                           :      400.000

BOP dibebankan             21.000.000
          BOP ss                                    21.000.000
Selisih BOP                        400.000
          BOP ss                                        400.000

Selisih anggaran
Selisih ini menunjukkan perbedaan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran.
BOP ss                                                                           21.400.000
BOP dianggarkan
          BOP tetap                                          10.800.000
         BOP variable (150.000 x 72,5)            10.875.000   21.675.000
Selisih anggaran                                                                    275.000 (laba)
Selisih kapasitas
Selisih ini diakibatkan karena tidak dipakainya kapasitas yang dianggarkan
BOP tetap dianggarkan                                                    10.800.000
BOP tetap dibebankan kpd produk 150.000 x 67,5           10.125.000
          Selisih kapasitas                                                          675.000
Perlakuan terhadap selisih BOP
1.     dibagikan kepada rekening persediaan dan HPP

contoh :
persediaan produk dalam proses                   Rp.     800.000
persediaan produk jadi                        Rp.  1.200.000
HPP                                                   Rp.14.000.000
          Jumlah                                      Rp.16.000.000
Penyesuaian setelah adanya selisih BOP
PDP                      : 800.000 / 16.000.000 x 400.000         :   20.000
Pers Prod selesai   : 1.200.000 / 16.000.000 x 400.000      :   30.000
HPP                      : 14.000.000 / 16.000.000 x 400.000    : 350.000
Saldo setelah penyesuaian
Pers. Prod dlm proses              :      820.000
Pers. Prod Jadi                         :   1.230.000
HPP                                         : 14.350.000
          Jumlah                              16.400.000

Pers Prod dlm Proses        20.000
Pers Prod Jadi                   30.000
HPP                               350.000
          Selisih BOP                              400.000

2.     pengurang atau penambah rekening HPP
Harga Pokok Penjualan             400.000
          Selisih BOP                                        400.000